Kamis, 20 Desember 2012

Cinta, Jodoh Dan Penantian ...




Ketika usia kita masih belasan tahun, atau lebih tambah sedikit antara 20 tahunan, kita masih jual mahal dan memilih-milih setiap ada yang datang kepada kita. Bagi yang wanita; ada Ikhwan baik-baik dan karyawan biasa datang meminang, kita tolak dengan halus atau bahkan dgn terang-terangan kita bilang 'gak level'. Ada pemuda yang serius mengajukan taaruf tapi dia
masih mahasiswa dan pekerja freelance, kita bilang dia belum punya masa depan. Ada seorang yang sudah bekerja sebagai pegawai negeri tetap tapi dia miskin, kita bilang status sosialnya gak sama dengan keluargaku.

Begitupun dengan sang pria; ketika ada akhwat baik-baik datang mengajukan diri untuk dipinang, kita bilang wanita kok melamar, gak tahu malu... Saat ada gadis yang baru lulus SMA tapi sudah berani menikah dan mencari suami, kita bilang lanjutin kuliah dulu biar pinter, biar gak ketinggalan jaman dan segudang alasan lain yang terasa dibuat-buat.

Kini, sang pria atau si wanita sudah hampir memasuki usia kepala tiga. Peluang cinta yang dulu menyapa kini tak pernah sekalipun hadir lagi. Orang tua sudah mendesak ingin agar kita segera menikah, dan akhirnya kitapun kebingungan. Dengan nada putus asa enak saja mulut ini berucap: "Mana jodoh yang dijanjikan Allah kepadaku? kenapa tak kunjung datang?". Nah, kalo sudah begini siapa yang harus disalahkan? INGAT... Allah tidak pernah sedikitpun mendzalimi hambaNya.

Ya, sebenarnya faktor yang paling utama mengapa keinginanmu belum dikabulkan, padahal usia sudah waktunya, tujuan sudah mulia, bahkan mungkin kemampuan financial sudah ada. Hanya satu faktor penyebabnya. Yaitu perbedaan persepsi antara kita dan Allah. Kita seringkali menganggap bahwasanya apa-apa yang sesuai dengan keinginan kita itulah yang terbaik bagi kita, padahal tidak selamanya loh.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui. (baca QS. Al-Baqarah: 216)

Coba kita tengok sedikit ke belakang. Dulu kita begitu jual mahal menolak setiap cinta yang datang, mentang-mentang kita masih cantik, masih muda dan seorang mahasiswi pula, dengan tanpa berpikir lagi terang-terangan menolak tanpa tahu apakah dia memang benar-benar jodoh kita atau bukan. Tidak mau sedikitpun membuka mata dan telinga tentang niat baik seseorang yang hendak menggenapkan dien mereka karena Allah daripada bermaksiat dengan melakukan pacaran. Mana yang lebih mulia ukhti, seorang pria yang mengajakmu menikah atau yang mengajakmu berpacaran? Hal ini sering luput dari perhatian kita...!

Sekarang, yang terjadi adalah kita begitu berharap ada seseorang yang datang kepada kita dengan menurunkan kriteria yang dulu kita patok sebagai harga mati. Kalau dulu kita mengharap calon yang kaya dan ganteng, sekarang tidak perlu kaya dan ganteng yang penting dia serius dan bertanggung jawab. Dan standard kriteria lain yang sengaja kita turunkan agar cepat mendapatkan jodoh. Hmmm... pantask ah kita berbuat demikian?

Sahabat ...

Di luar sana, ketahuilah BUKAN hanya dirimu yang mengalami hal ini. Di belahan bumi yang sama kita huni ini, ada banyak ribuan bahkan jutaan gadis yang mengalami masa yang sama seperti dirimu. Putus ada dan gamang dengan pertanyaan dalam hidup ini? Kapan giliranku, tanpa ada pasangan jiwa yang benar-benar akan datang menemui kita. Tapi haruskah engkau sebagai seorang muslimah yang paham agama mesti putus asa dari rahmat Allah? Setelah sujud terakhir shalat malam yang panjang, tunduk. Ada tetesan tak berbunyi bergulir di atas pipi. Kesunyian itu tiba-tiba datang lagi tanpa meminta izin lebih dahulu.

Dan sahabatku, bila kau salah satu dari perempuan bersimpuh itu, sabarlah. Benar, tidak mudah. Tapi tidak ada yang salah dengan janji Nya. Janji-Nya adalah keniscayaan terindah, walau itu harus kau tebus denagn kesabaran yang berdarah-darah. Jangan lelah muliakan dirimu. Bukan untuk dia. Juga bukan untuk dirimu sendiri. Tapi semata hanya untuk Rabb-Mu. Sungguh, itu bagian dari tarbiyah dengan cara yang berbeda. Dan Mahabenar Allah, lelaki mulia itu akan datang atas nama kemuliaan pernikahan.

Ukhti, kalian adalah tulang rusuk yang hilang. Jika kalian dalam penantian, maka jadikan penantian itu jalan menuju keberkahan, yaitu PENANTIAN DENGAN IMAN. Menanti bukan berarti berdiam diri, atau menunggu tanpa arti. Kalian adalah bidadari yang dicari. Sebelum pemilik tulang rusuk datang menjemput, isilah masa penantianmu dengan taqwa, sabar, do’a dan tawakkal. Meski kau boleh mengajukan proposal lebih dulu, tapi saya yakin, al-Haya’ yang menjadi perisai bagimu akan membuatmu urung untuk mengungkap perasaan. Cinta yang tak mampu kau ungkap. cinta yang hanya kau dekap dalam bungkam. Karena mungkin kau tak seberani Khadijah.

Tidak perlu gelisah yaa ukhti. Gunakan masa penantian ini sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri lahir batin, berusaha terus untuk menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah agar dirimu pun makin cantik luar dalam, sehingga engkau akan menjadi sosok muslim dan muslimah yang tangguh, kuat, tertarbiyah, dan pribadimu pun akan makin dewasa dan bermutu.

Jadikan masa penantian ini sebagai bentuk ujian kesabaran dari Allah, sampai dimana kita memaknai kesabaran kita tersebut. Karena janji-Nya kepadamu sangat indah: "...Dan hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10 )

Sehingga ketika Allah benar-benar telah menganggapmu sudah mampu, sudah siap lahir batin untuk menggenapkan dien ini, maka Putera Langit dan Bidadari itupun akan dikirimkam kepadamu tanpa diminta. Dan engkaupun akan menyambutnya dengan tersenyum dan air mata bahagia sambil berbisik, "Subhanallah... terrnyata jodohku yang dijanjikan Allah itu keren sekali!"

Hmmm... mulai sekarang benahi dirimu. Tata dan perbarui lagi hatimu. Ubahlah cara pandangmu kepada Allah dan tetap berprasangka baik kepadaNya. Sambut masa depanmu dengan optimis, penuh percaya diri dan semangat tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar