Biarkan cinta
bersujud kepada Allah sehingga cinta menjadi tak bersyarat, kuat tangguh, tak
lekang oleh waktu. justru Allah menguji kita melalui orang-orang yg kita cintai
menyakiti, mengkhianati kita namun akhirnya kembali menyesal meminta bantuan
kita kemudian kitapun memaafkan, menguatkan menolongnya. Itulah cinta, tak
bersyarat apapun. Ada Ibu muda mengeluhkan perkawinannya yang terbilang muda
sedang dihadapkan masalah. Semasa gadisnya adalah orang yang mendiam, merasa
memiliki banyak kekurangan, berasal dari keluarga ‘broken home.’ Sampai
kemudian mengenal seorang pemuda yang mampu membuatnya menjadi periang sampai
kemudian menikah. Di awal perkawinan terasa indah, dengan dihiasi canda tawa
bersama-sama. Namun semua itu perlahan menjadi berubah, ditengah kesibukan
masing2 bekerja, jarang ada percakapan, apalagi sampai bercanda. Bukan karena
cinta telah hilang tetapi lebih karena berhati-hati agar tidak melukai perasaan
suami.
Terkadang
suami melontarkan kata-kata kasar. Dia sebagai istri takut salah ngomong
atau menyinggung perasaan pasangan hidupnya. Pernah dulu sewaktu belum menikah,
Ibu mertuanya mengingatkan agar bersabar karena suaminya adalah orang yang
inconstant karena itu istri lebih memilih diam daripada berlarut2 dalam
pertengkaran. Sang istri mengerti maksud suami mengingatkan atau
menasehati tetapi seringkali istri tersakiti hatinya oleh ucapan suami yang
kasar. Disaat seperti itulah istri merasa bersalah berdosa karena telah membuat
marah suami. Tak bisa memberikan support, tak bisa menjadi yang terbaik sebagai
pendamping hidup bagi suaminya. “Ya Allah, Kenapa terasa berat menjalani hidup
ini?” Jeritan hatinya.
Ditengah
keterlukaan, perih dan kecewa. Keberserahan diri, membiarkan cintanya bersujud
kepada Allah. Dalam kesendirian dia banyak berintropeksi diri, betapa dirinya
jauh dari Allah. Ibadah sholat fardhu tidak pernah ditunaikan dengan baik,
kehidupan rumah tangga kering kerontang dari tuntunan agama. Nikmat materi yang
berlimpah tidak pernah disyukuri sehingga membuat terasa hambar didalam
hidupnya. Perlahan mengokohkan imannya. Sholat fardhu dikerjakan dengan tertib.
Kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan lebih mudah dilakukan. Pada
satu kesempatan di Rumah Amalia juga berbagi dengan berharap Allah memberikan
ketenteraman kebahagiaan pada keluarganya. Disaat cinta bersujud kepada Allah.
Perangai suaminya mulai berubah. Cinta dan kasih sayang menjadi tumbuh dan
berbuah. Kebahagiaan di dalam keluarga, pasangan suami istri itu menjadi kokoh
mengarungi bahtera kehidupan dalam menghadapi badai gelombang kehidupan hanya
dengan menyandarkan diri kepada Allah. Komunikasi, saling menyesuaikan diri
dengan pasangan, pengorbanan, ingin selalu memberi, memaklumi memaafkan hanya
akan hadir bila di dalam hati mereka ada keimanan pada Allah maka Allah
melimpahkan keindahan dalam keluarganya.
“Dan
sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang2 yang sabar, yaitu orang2 yang apabila ditimpa musibah
mereka mengucapkan, ‘Inna lillahii wa innaa ilaihi raajiuun’ (Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepadaNya kami kembali). Mereka itulah yang mendapatkan
keberkahan yang sempurnah rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang2
yang mendapatkan petunjuk.”(QS. al-Baqarah : 155-157).
Sp wonge brtaqwa mrng gusti Allah, dirampungake masalahe lan diwenei rejeki sing ora di sangka2 arah tekane...
BalasHapusSp wonge brtaqwa mrng gusti Allah, dirampungake masalahe lan diwenei rejeki sing ora di sangka2 arah tekane...
BalasHapus